24 May 2015

Pembelaan Seorang Kakek Terhadap Kartunis Penghina Nabi

Awal Mei lalu di Texax, AS. pegelaran kontes pembuatan kartun Baginda Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam digelar, meski kontes ini diwarnai oleh aksi penembakan tak membuat surut langkah kartunis-kartunis durjana penghina Nabi untuk menggelar acara serupa dalam bulan ini di salah satu negara di Eropa. Persiapannya pun tak tanggung-tanggung, oleh panitia telah mempersiapkan segala sesuatunya, terutama keamanan menyambut kedatangan Pembela-Pembela Baginda Nabi.

Pembelaan Seorang Kakek Terhadap Kartunis Penghina NabiDi Malaysia, saya punya seorang guru SM Mohammed Idris namanya. Empat tahun yang lalu usianya 82 tahun. Saat itu ia tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Tergeletak tak berdaya, karena problem jantung yang sudah mengalami by pass dua kali. Tapi dunia sedang rusuh besar, Rasulullah di hina oleh kartunis-kartunis durjana.
Meski dalam kondisi demikian rupa, dengan cahaya mata yang masih penuh semangat, Uncle Idris, begitu saya biasa memanggilnya, mengucapkan do'a lirih "Yaa Allah, jangan ambil nyawaku hari ini, Rasul-Mu sedang dihina, ijinkan aku membelanya" Bisik Uncle Idris..

Alhamdulillah, Uncle Idris sehat walafiat sampai hari ini. Terakhir bertemu tahun lalu, beliau masih marah, memimpin rapat dengan menggebrak-gebrak meja meminta para aktivis hak asassi manusia untuk menyuarakan nasib rakyat Gaza "You must do something, man!" Katanya sambil berkali-kali memukul meja. (Herry Nurdi story)

Di ujung usianya ia masih penuh semangat, bagaimana dengan kita. Kita tak ambil peduli dengan nasib saudar-saudara kita di Afganistan, Kashmir, Xinjiang dan Chechnya. Bahkan, yang ada di pelupuk mata seperti Thailand Selatan, Filipina dan Etnis Rohingnya di Myanmar, sering tak masuk sebagai agenda kita. Mereka terlunta-lunta, terusir, terombang-ambing di lautan. Mereka mendatangi kita di negeri Indonesia yang penuh nikmat dan kaya, tetapi kita masih ragu menolong mereka karena terbelenggu aturan buatan manusia yang bernama economic migrant