Anak berbakat bisa dicetak dengan mengembangkan aspek komitmen tugas dan kreatifitasnya. Jadi anak pintar memang asyik, misalnya menjadi langganan peringkat satu. Masuk kelas ekselerasi atau juara lomba sains dan olimpiade fisika. Kita biasa menyebutnya sebagai jenius. Tapi, dalam psikologi dan dunia pendidikan, mereka dipanggil anak berbakat alias gifted child. [Foto/Google search]
Istilah jenius bagi anak terlalu berlebihan. Jenius berarti ia berhasil menciptakan karya yang diakui manusia, seperti Einstein. Yang jelas, anak jenius itu adalah anak berbakat. Tapi anak berbakat belum tentu jenius. Jadi, akan lebih aman jika kita memakai istilah anak berbakat.
Lantas, anak berbakat itu seperti apa?. Secara umum orang akan menggunakan parameter IQ. Tapi, itu aturan lama. Menurut psikologi pendidikan Prof Joe Renzulli, seseorang dikatakan berbakat jika punya nilai di atas standar pada tiga macam karakteristik. Yaitu kemampuan umum, komitmen tugas dan kreatifitas.
Yang dimaksud dengan kemampuan umum di sini adalah daya tangkap, kemampuan numerik (matematika) dan wawasan. Hal ini bisa langsung diketahui melalui nilai IQ. Di Indonesia, nilai IQ minimum untuk masuk kelas ekselerasi adalah 125.
Sedang yang dimaksud dengan komitmen tugas adalah perasaan senang saat menyelesaikan suatu pekerjaan. Ini biasanya kelihatan dari perjuangan, kerja keras dan keuletan. Singkatnya, pantang menyerah. Selain itu, suka tantangan, mandiri dan tidak takut mengambil resiko yang juga merupakan salah satu ciri anak berbakat.