Berwisata ke gunung, pastilah akan selalu bertemu dengan cuaca dingin. Sedikit saja kena angin, langsung lapar, minum kopi ples susu hangat, cemilan cokelat dan di dalam kantung tidurpun, selalu ada yang mengingatkan agar yang tidur belakangan jangan sampai lupa tenda ditutup rapat, AC-nya dimatikan atau pintu kulkasnya ditutup saja, sekalian cupnya dilepas. Semua seperti tidak berada di luar rumah. Meskipun begitu, tetap berada pada batas kewajaran.
Kalau diperhatikan, banyak cara pendaki untuk menghangatkan diri saat di gunung. Yang mempunyai persiapan lebih dapat membeli jaket yang memiliki pengatur suhu. Harganya pun tak tanggung-tanggung untuk sebuah jaket outdoors yakni, berada dikisaran 9-10 jutaan. Ada juga yang melakukan aktifitas memasak, khususnya pada malam hari di dalam tenda atau hanya menyalakan kompor portable untuk menghangatkan jari-jari tangan.
Apabila cuaca dingin sudah benar-benar tidak mampu dikuasai lagi, upayakan untuk tetap terjaga dan gunakan secepatnya emergency survival thermal blanket agar jangan sampai terkena hipotermia, karena sedikit demi sedikit panas tubuh akan menguap. Jika memakai ini, dapat menahan dan menjaga panas tubuh. Namun terlebih dahulu ajak salah seorang teman untuk masuk ke selimut thermal biar ada tambahan panas dari luar
Selain sebagai penahan panas tubuh, selimut thermal bisa digunakan untuk membuat bivack dan kalau dilipat ukurannya sebesar dompret sehingga dapat disimpan di saku celana. Berwarna perak seperti alumunium foil tipis tetapi tidak mudah sobek. Tahan air dan tahan angin.
Juga berfungsi sebagai reflektor panas matahari serta dapat digunakan sebagai alat bantu Signalling. Karena, permukaannya sangat reflektif dan memantulkan cahaya matahari dengan sangat baik sehingga dapat digunakan sebagai peneduh dalam kondisi terik. Jadi, sebaiknya thermal blanket termasuk barang bawaan yang mesti diutamakan saat berwisata ke gunung agar tetap hangat.