Terlepas dari siapa yang memimpin dan apa motivasinya. Memimpin adalah seni mengendalikan termasuk mengenali karakter yang dipimpin. Menemukan solusi, perencanaan, pertimbangan, bertahan serta kombinasi prinsip atau aturan apa yang diterapkan saat menjalankan roda kepemimpinan.
Dalam kepemimpinan, bila terlalu mengedepankan perasaan terhadap yang dipimpin, maka lambat laun aturan-aturan yang telah direncanakan akan dengan sendirinya dilanggar. Itulah mengapa ada kombinasi prinsip yang mesti dikokohkan. Utamanya aturan agama, agar keputusan yang diambil nantinya tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Tatkala telah menjalankan roda kepemimpinan, tentu ada saja hal-hal seperti kisah di bawah ini yang senantiasa mengikuti seorang pemimpin, (Foto/Gambar: Google Search)
Pada akhir tiga tahun masa pemerintahan, protes terhadap saya begitu gencar sehingga sampailah kepada pemimpin tertinggi. Pemimpin tertinggi bermaksud untuk mencopot posisi saya. Saya pun menghadap dan mengatakan, bahwa saya sudah tahu apa kesalahan saya. Dan meminta pada beliau, agar diperkenankan memimpin selama tiga tahun lagi. Saya menjamin, bahwa saya akan lebih baik dari tiga tahun sebelumnya.
Akhirnya, tiga tahun kemudian, ada banyak sekali pengakuan terhadap saya. Berita itu terus bergulir hingga Pemimpin tertinggi mendengar dan merasa senang. Ia pun mengundang saya untuk diberi penghargaan atas apa yang tlah saya raih, namun saya menolak penghargaan yang akan diberikan oleh pemimpin tertinggi. Saya pun menceritakan kepada beliau, mengapa menolak penghargaan itu;
Ketika saya menjabat kali pertama selama tiga tahun, saya membangun jalan, melaksanakan pekerjaan untuk masyarakat dan membasmi korupsi di pemerintahan. Atas apa yang saya lakukan ini, sebenarnya saya tlah menciptakan lawan di sekitar saya.
Lalu saya mendorong supaya orang hidup hemat dan mendorong mereka untuk menghormati orangtua mereka. Bukan hanya ini, saya juga menghukum para kriminal. Sebagai hasilnya, saya membuat orang-orang yang melanggar hukum membenci saya.
Juga saya memberlakukan perlakuan yang sama kepada setiap orang dan tidak memberi perlakuan khusus bagi orang kaya dan yang berpengaruh. Hasilnya, saya juga dimusuhi oleh mereka. Ketika orang-orang di sekeliling saya meminta sesuatu kepada saya, saya hanya memberikan apa yang boleh secara legal. Jadi tidak heran, mereka juga memusuhi saya.
Ada beberapa peristiwa ketika saya harus menyenangkan atasan saya. Saya tidak melampaui batas standar normal. Karena itu, mereka jelas tidak senang kepada saya. Itulah sebabnya, semua orang berkumpul untuk menjatuhkan saya. Dan akhirnya, pernyataan palsu dan jahat mereka terdengar ke telinga Anda (pemimpin tertinggi)
Kemudian saya megubah cara saya memerintah selama tiga tahun,
Tidak ada pekerjaan untuk masyarakat. Tidak ada kontrol terhadap korupsi. Tidak ada omongan tentang hidup hemat. Tidak ada hukuman berat bagi mereka yang melanggar hukum. Apapun yang diminta oleh orang di sekeliling saya, saya berikan dengan senyuman. Juga perlakuan khusus diberikan bagi mereka yang kaya dan berpengaruh.
Dan saya memperlakukan atasan saya dengan keramahan yang luar biasa. Sebagai hasilnya, mereka semua mulai mengatakan hal-hal yang baik tentang saya. Dan pada akhirnya, Anda mendengar hal ini.
Cukup singkat, tetapi beginilah gambaran situasi sesungguhnya yang dihadapi oleh pemimpin. seperti kisah yang diceritakan di atas; yang dipetik dari buku, karya Michael C. Tang.