Stres, siapa yang tak kenal dengan kata ini. Singkat, padat namun penuh aura mistis yang mampu menjerumuskan mangsanya ke level terendah. Kapan dan di mana pun berada, bak siluet yang senantiasa membuntuti langkah anak cucu Adam. Senyap, tak pandang bulu menghisap hingga ke tetes terdalam imajinasi manusia. SADIS!
Dikutip dari wikipedia, bahwa stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seseorang dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Di mana beban rohani yang dirasakan, melebihi kemampuan maksimum dari rohani itu sendiri. Mengakibatkan, perbuatan serta naluri survive terhadap persoalan kurang terkontrol secara sehat dan pada akhirnya menjadi zombie alias, GILA! (Foto/Gambar: Google Search)
Digunakan hanya untuk penjelasan ilmiah, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis
Stres berawal dari pemikiran yang berkutat, yang didominasi pada satu permasalahan atau beberapa situasi tertentu. Di mana kondisi bathiniah diserang dengan praduga-praduga yang dibangun dan diperkuat oleh pertimbangan-pertimbangan logika secara mendalam kemudian berubah menjadi konflik berkepanjangan dalam diri. Ibarat berada di tengah-tengah ruang tertutup bersama dengan bola pingpong yang memantul tak tentu arah.
Persentase tingkat pengendalian stres dapat diuji coba melalui ruang tertutup. Yakni, berdiam diri selama 23 sampai 30 menit di dalam ruangan. Metode seperti ini digunakan oleh sekolah ilmu pelayaran untuk menguji ketahanan mental, sejauh mana para siswa dapat bertahan apabila benar-benar tlah berada di lautan lepas.
Secara garis besar penyebab orang stres antara lain;
- Terlalu mengkhawatirkan atau menduga-duga secara berlebihan, hal-hal yang belum tentu terjadi
- Memikirkan sesuatu secara mendetail. Ini erat kaitannya dengan apa yang dilihat termasuk tingkah laku seseorang dan berusaha untuk merubah atau menyelesaikan dengan jalan pikiran tanpa ada penerapan yang nyata dari apa yang ada di dalam pikiran tersebut
- Bersikap optimis sepihak dengan apa yang direncanakan. Maksudnya, pengharapan terhadap sesuatu begitu besar sampai-sampai tidak menyadari kesemuanya itu sudah ditentukan kadarnya
- Belum mampu menerima kenyataan, bahwa segala sesuatunya itu tidak selamanya berjalan di atas rel. Sedangkan kereta api sendiri pun kadang tergelincir, dan
- Cenderung membiarkan diri hanyut dalam putaran lingkaran yang dibuatnya sendiri
Jadi, semua kalangan berpeluang besar mengalami stres. Apakah itu dipicu oleh faktor luar lingkungan tempat beraktifitas, ataukah faktor intern.