Mimpi biasanya diartikan sebagai bunga tidur. Mimpi merupakan hasil dari sisa-sisa aktifitas otak yang keluar ketika kita sedang tidur membentuk bayangan imajinasi, seolah-olah kita mengalami. Namun mimpi juga biasanya datang dari syaitan laknatullah, masuk di bawah alam sadar menari mengikuti irama keinginan. Ada juga mimpi sebagai pertanda keNabian, seperti halnya yang dialami 0leh Nabi Yusuf as.
Ini bermula dari planning pendakian selanjutnya setelah mendaki Gunung Latimojong. Maaf sekiranya saat membaca tulisan ini, mungkin agak tidak teratur, seperti halnya Penulis yang tak pandai merangkai kata dalam mengungkapkan sesuatu.
Rumah sederhana berderet di sebelah kiri, kegiatan masyarakat masih tradisional, namun menampakkan kedamaian di dalamnya. Separuh baya menghampiri tawarkan ikhlas, memakai caping, celana sebatas betis dan wajah terliat setengah. Keluh lidah sesekali mata menatap, berujar mengenalkan lintasan pos.
Tampakkan seorang wanita bergaun putih dengan sedikit hiasan renda, rambut terurai hingga dekati pinggang. Samar dan dingin.
Beranjak menuju titik rawan, menghadang angin kencang lalu beliau tenangkan hati. Tunjukkan gerbang menyerupai pigura yang terbuat dari pahatan batu, begitu artistik berdiri tegak tanpa penopang dengan latar ngarai membentang disertai mendung disebaliknya, seakan raga melayang sadarkan diri, bahwa kekeliruan sebahagian kecilnya berada di titik tersebut. Tergesa-gesa, panik, taklukkan kehebatan alam, lupa diri siapa di balik semuanya. Anai-Anai susur kontur dengan congkak.
Dan lagi Beliau mengajak memasuki titik pos, di mana sauna alam dipenuhi kaum "hawa" muda, duduk bercengkrama nikmati air penuh canda tanpa penutup aurat. Sedang sauna alam kedua sesak dipenuhi "hawa" berumur lanjut, juga tanpa penutup aurat. Guratkan sendu tertunduk malu.
Kembali ke gerbang, tunjukkan akar bak titian menghubungkan rute. Ngarai menganga di bawah tumit, tuturkan sedih tutup indra sahabat-sahabat Alam. Yaa..Rab..! Mohon tenangkanlah hiruk pikuk bazrah ruh sahabat kami seperti tenangnya hati memandang keindahan AlamMu ketika kami tapaki punggungnya.
Beliau persilahkan, jejakkan tapak di akar, sarankan tangan bergelantung di bawahnya. Nyaris lepas terhempas, beliau menangkap seberangi titian, tunjukkan lagi keliru sahabat-sahabat Alam. Mereka berjalan lurus, semestinya mereka dekat ke kanan.
Dialah Allah yang Maha Mengetahui. (sumber gambar : panoramaalamku)