Penyimpangan-Penyimpangan Yahudi-Israel - Sejarah mencatat, Ibrahim as adalah orang pertama yang menyatukan Makkah dan Palestina dalam peta dakwah. Letak dua kota yang berjauhan tersebut dihubungkan oleh Ibrahim dengan amanah paling agung yang diemban manusia, yaitu membangun peradaban risalah. Sejak awal, peradaban yang dibangun Ibrahimn as bersifat universal dan tentu saja, masyarakat yang hidup di wilayah itu sangat heterogen, multi etnik dan seterusnya. Selama hidupnya, Ibrahim menetap di Palestina [Foto/Google Search]
Membangun peradaban baru memanglah selalu diwarnai benturan-benturan keras dengan kepentingan-kepentingan kelompok elit yang mapan dalam tradisi lama. Itulah yang dihadapi para nabi sepanjang sejarah dakwah mereka. Al-Qur`an selalu menyebut para penentang utama mereka adalah golongan elit dan hedonis. Namun, benturan-benturan ini tidak selamanya dimenangkan oleh para pewaris peradaban risalah, malah sebaliknya, justru mereka yang tersedot ke arus peradaban lama dan terwarnai oleh nilai-nilai yang telah usang.
Inilah yang terjadi pada pewaris peradaban Ibrahim as. Bani Israel, Bangsa keturunan Ya`kub ini lebih sering gagal mengejawantahkan misi peradaban Ibrahim as. meskipun perjalanan sejarah mereka nyaris selalu disertai seorang nabi.
Nilai universal ajaran Nabi Ibrahim dikerdilkan dan dimanipulasi untuk kemudian dimonopoli menjadi "milik" ras israel atau yahudi. Akibatnya sungguh mengerikan, ajaran para nabi diklaim sebagai bukti keunggulan ras. Mereka juga membangun mitologi bahwa bangsa yahudi sebagai bangsa pilihan tuhan dan Palestina adalah tanah yang dijanjikan tuhan untuk bangsa yahudi.
Jauh sebelum Rasulullah shalallahu `alaihi wasallam, nabi-nabi bani israel telah mengecam dan berusaha meluruskan penyimpangan-penyimpangan bangsa yahudi tersebut. Nabi Musa as, nabi terbesar bani israel ini berupaya membersihkan masyarakat yahudi dari nilai-nilai pagan Fir`aunistik hingga harus membawa mereka keluar dari mesir menuju palestina.
Rasulullah shalallahu `alaihi wasallam adalah Nabi terakhir yang berupaya meluruskan penyimpangan bani israel ini. Berbagai perangkat dan upaya Rasulullah untuk menarik bangsa israel menjadi bagian dari umat baru, tapi hanya segelintir orang saja yang menerima. Sementara mayoritas mutlak keturunan Ya`kub itu menolak karena alasan klise, rasisme.
(Oleh: Asep Sobari).