7 Sept 2014

Aksi-Aksi Bom Bunuh Diri Laskar Mawar Palestina

Aksi-Aksi Bom Bunuh Diri Laskar Mawar Palestina

"Waspadai kaum perempuan kami. Mereka adalah kekuatan perlawanan yang sebanding dengan kaum laki-laki kami..". Penindasan, pelecehan seksual dan pemerkosaan membuat perempuan-perempuan di wilayah konflik ikut terjung ke medan laga mengangkat senjata. Di Palestina, mereka disebut Army Of Roses, Laskar Mawar. (gambar: .com)

Tentara Israel, bahkan para pengamat konflik timur tengah begitu terkejut dengan aksi para perempuan Palestina yang rela menjadi martir. Konflik yang tiada henti, dibarengi dengan ketidak-adilan global dalam menyikapi masalah Palestina, membuat wanita Palestina berubah menjadi mesin-mesin pembunuh. Barbara Victor dalam bukunya yang berjudul Army Of Roses menceritakan, bahwa aksi bom bunuh diri yang dilakukan perempuan Palestina menandai babak baru perlawanan para perempuan Palestina yang tak lagi berada di belakang medan laga.

Wafa Idris.

Perempuan Palestina yang berusia 26 tahun, melakukan aksi bom syahid di sebuah pusat perbelanjaan kota Yerusalem. Sejak itu, Wafa menjadi ikon perlawanan perempuan Palestina terhadap penindasan Israel.

Darine Abu Aisha.

Perempuan cerdas yang baru berusia 20 tahun, mahasiswi Sastra Inggris di Universitas al-Najah. Sosok perempuan yang taat akan nilai-nilai agama, ia juga supel dalam pergaulan sehari-hari. Suatu hari, Darine hampir mengalami pelecehan seksual oleh tentara Israel.

Bermula saat ia mengantre untuk melewati sebuah pos perbatasan. Di dekatnya, ada bayi yang sedang demam membiru digendong oleh seorang perempuan. Ia meminta didahulukan untuk membawa bayi tersebut dengan ambulans. Pasukan penjaga membolehkan, asal dengan syarat ia harus mau dicium bibirnya di depan orang banyak. Darine menolak, meski akhirnya ia terpaksa berciuman di depan tentara Israel yang menyeringai penuh ejek. Sejak itu, dadanya bergejolak hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi martir. Darine melakukan aksinya dengan melilitkan bom disabuk yang ia pakai.

Ayat Akhras.

Gadis belia yang cerdas, memutuskan untuk melakukan aksi bom syahid beberapa bulan sebelum rencana perkawinannya. Ia mengecam para pemimpin Arab yang tak berbuat apa-apa, sedangkan para perempuan Palestina berjuang melawan penindasan Israel.

Andalib Sulaeman.

Mahasiswi cantik berusia muda menjadi penggenap aksi syahid perempuan Palestina.

Perempuan di wilayah konflik memang rentan terhadap pemerkosaan, pelecehan seksual dan penindasan. Apalagi bila dilihat secara sosiologis, di mana konflik sudah mengakar. Mereka menyaksikan penindasan terhadap anak-anak dan suami mereka. Maka, keputusan untuk ikut mengokang senjata bisa jadi pilihan yang tak bisa dihindarkan, ketimbang hidup terhina dan dilecehkan.