Inilah Wanita 'Cheerleaders' Perang - Damai Nan Tak Kunjung Tiba.. Ketika konflik tak jua dapat dihentikan dengan beragam cara.. Pasukan Subuh terpecah belah.. Syair-Syair peperangan yang mengiringi denting senjata dan tetesan darah.. Menyisakan gurat luka di Negeri Surga.
Kenapa..! Saya tak tahu kelak akan memberikan jawaban apa. Jika Anda tahu, tolong beritahu saya, karena saya benar-benar ketakutan. Kalimat-kalimat itu merajalela di kepala saya ketika malam, ketika sepi, ketika hujan, ketika panas, ketika dingin. Jamaah kami juga terpecah belah, sibuk dan merasa paling benar. Bukan..! Kami juga tak hendak menyalahkan Jamaah, kami menyalahkan diri sendiri yang tak mampu menyatukan Jamaah-Jamaah yang ada di sekeliling kami.
Dalam balutan kain sarung berwarna hijau, merah, kuning dengan motif buah persik dan celak hitam yang melingkari mata, wanita-wanita Hakama digunakan untuk menyemangati para lelaki agar bertempur dengan gagah. Melalui kombinasi lirik-lirik dan kisah-kisah seram yang dilantunkan di medan perang. [Foto/Google Search]
Sebutan Hakama, yang biasa 'diboking' untuk menggelorakan semangat peperangan lewat lagu mempunyai pengaruh besar di masyarakat dan peran yang sangat berbahaya dalam konflik. Lantunan lagu Hakama membuat para lelaki bertindak kejam dan brutal terhadap musuh. "Jika kau tidak bernyanyi untuk para lelakimu agar mereka membunuh.. Maka lelaki lain akan datang dan membunuhmu"
Banyak orang yang mampu membayar perang, tapi tak satupun yang mampu membayar perdamaian. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah konflik yang terjadi melibatkan sesama Muslim. Walau kini Hakama telah beralih fungsi dari 'cheerleaders' perang menjadi penyuluh perdamaian, namun kata-kata damai masih menjadi barang langka.