Jika kehancuran fisik dan korban sipil di Jalur Gaza yang menjadi ukuran, itu bisa dipahami mengingat serangan brutal Israel dilakukan lewat udara. Tetapi gagalnya serangan darat dan besarnya jumlah korban dari pihak tentara Israel adalah bukti bahwa Israel telah bertemu lawan yang sepadan.
Sementara itu, dukungan dunia Islam, non-Arab, seperti Turki dan Indonesia tampak makin nyata. Turki selain konsisten memberikan bantuan kemanusiaan, Turki sempat mengancam akan mengawal bantuan kemanusiaan menggunakan kapal perang. (Foto/Gambar : Google Search)
Serangan penjajah Israel terhadap jalur Gaza pada Juli 2014 lalu, menyebabkan lebih dari 218 ribu warga Gaza terlantar. IDF, Israel Defense Forces atau Tentara Pertahanan Israel adalah salah satu pasukan penjajah yang paling banyak terlibat dalam pembantaian rakyat Gaza. Anehnya, keganasan Zionis Israel ini membuat wanita-wanita Israel kagum dan memuji aksi kekejaman tentara IDF di Gaza yang melahirkan kecenderungan baru bagi wanita-wanita tersebut.
Bukan hanya itu; di mana sebelumnya juga, masyarakat dunia utamanya di kalangan para pengguna media sosial dihebohkan dengan beredarnya photo-photo syur beberapa tentara wanita Israel. Padahal sesungguhnya itu, hanyalah merupakan sebuah tindakan untuk menutupi kecemasan serta frustasi yang sudah tak terbendung lagi, sehingga diekspresikanlah ke dalam bentuk yang lain.
Entah sejak kapan trend aneh ini muncul, yang jelas, semenjak dimulainya serangan ke Gaza Juli 2014 lalu. Jumlah permintaan donasi sperma di sebuah rumah sakit di Haifa, Israel dilaporkan melonjak. Yakni, sekitar 30 wanita mendatangi bank sperma untuk meminta donor sperma dari tentara IDF setiap bulannya. Wanita-wanita pemburu sperma menganggap anggota IDF adalah pejuang yang berhasil menjalankan misi.
Bagi para pemburunya, pria yang bertugas di IDF diasumsikan memiliki karakter mengesankan. Sungguh ini merupakan ide gila. Bagaimana bisa, para wanita beramai-ramai berburu keturunan para pembantai ribuan anak-anak dan wanita Palestina.
Jika kaum yang melampaui batas saja begitu bersemangat melahirkan genetiknya, maka seharusnya keluarga Muslim terus bersemangat melahirkan dan mendidik generasi terbaik.