Semenjak pertamina menerapkan sistem pelayanan prima ke Spbu, cara-cara lama ataupun teknik beberapa “oknum” sopir tangki untuk mengambil bbm yang diantarkan ke spbu mulai ditinggalkan? Awak sopir tangki yang dulunya berada di naungan pengusaha transportir, beberapa di antaranya kini telah dipekerjakan sebagai karyawan tetap maupun kontrak di PATRA (rekanan Pertamina). Dari apa yang pernah saya dengarkan dari mulut awak sopir tangki sendiri, bahwa saat masih berada di naungan pengusaha transportir, kebanyakan dari mereka mengeluhkan kurangnya uang jalan yang diterima dari transportir saat mengantar BBM ke spbu. Bahkan, ada yang membiayai sendiri pemakaian BBM kendaraan pemilik transportir dan biaya-biaya operasional lainnya selama mengantarkan bbm ke spbu. Mungkin inilah salah satu faktor yang mendorong, mengapa ada oknum sopir tangki mengambil bbm milik spbu yang diantarkan. Di sisi lain, pengusaha transportir juga tidak ingin disalahkan. Mereka beralasan, bahwa kurangnya biaya operasional ataupun keterlambatan penggajian awak sopir tangki tidak sepenuhnya kesalahan mereka. Di mana, Pertamina pun terlambat membayarkan sewa kendaraan yang dipakai (dikontrak sesuai umur kendaraan).[Foto/Google Search]
Kalaupun sekarang, jika masih ada oknum awak sopir tangki yang mengambil bbm spbu, itu lebih ke sifat dasar manusia yang selalunya merasa kekurangan. Adapun trik-trik “oknum” awak sopir tangki mengambil bbm spbu, yaitu terlebih dahulu mempelajari psikologis bagian pembongkaran, memberi tip, melakukan pendekatan-pendekatan khusus, memperhatikan alat-alat yang dipakai saat pembongkaran, tata cara pembongkaran yang diterapkan di spbu sampai melihat landasan bongkar dan alat sondingan (deepstick) pengukuran bbm
Apakah Anda masih ingat penggunaan segel timah lalu dicap dengan tang segel? Mulanya, si oknum menyiapkan lem, selang plastik, pisau cutter dan tang. Lalu segel dibelah dengan pisau cutter, tapi tidak sampai terbelah menjadi 2 bagian cukup melepas satu tali segel saja kemudian dilem. Agar tidak merusak tanda cap segel, si oknum melapis dengan selang plastik dan dijepit menggunakan tang. Atau bisa juga lubang tali segel ditusuk memakai jarum dan berakhir seperti cara yang disebutkan di atas. Ada juga yang ditarik hingga tali segel longgar. Trik ini saya tuliskan, karena penggunaan segel timah tidak digunakan lagi. Adapun untuk cara selanjutnya akan saya kita lebih waspada lgi. Yakni, pada segel plastik. Sebenarnya banyak celah yang dapat dimanfaatkan. Seperti jam pemberangkatan dari depot, sisa segel yang tidak diambil oleh pihak spbu, penyegelan yang tidak rapat saat di getkeeper, saat melepas tali segel pada truk tangki, fungsi klep angin pada truk tangki, ketinggian ijek baut tera, suhu, jarak tempuh, “yang lain” antara awak sopir tangki, bagian pembongkaran bbm spbu, getkeeper/bagian loading depot dan seterusnya.
Jadi, bagi Anda pengelolah spbu sebaiknya mempekerjakan satu atau dua orang yang betul-betul anda percayai, khusus menangani pengawalan truk tangki ke spbu Anda. Coba pertimbangkan, misalkan dalam sehari 30 liter yang anda tidak ketahui telah diambil oleh oknum awak sopir tangki dikalikan dengan harga bbm dalam sebulannya. Ataukah dalami pribadi awak sopir tangki yang mengantar bbm ke spbu anda, buat kontrak tersendiri dengan menambahkan tipnya dan ajukan ke depot setempat agar awak ini saja yang harus mengantar bbm ke spbu Anda. Saya teringat beberapa tahun lalu ucapan head office depot pertamina yang bisa dibilang cukup akrab dengan saya (sekarang beliau sudah pensiun). Beliau mengatakan, bahwa kita yang berada di depot maupun di spbu harus selalu bersikap pesimis terhadap sesuatu, agar kita selalu waspada dengan aktifitas yang berada di sekitar kita. Sekian, wassalam..