29 Jan 2015

Wisata Alam Yang Penuh Darah

Hanya secuil kisah dari journey of mylife - Setelah sekian lama bisikan ini kembali menyapa dan mengatakan, bahwa perjalanan nantinya akan ditemui beberapa kesialan..

Lepas azan subuh, mobil pick up yang ditumpangi mulai melaju kencang menembus dinginnya subuh. D-Pack serta kerel tempat logistik terikat erat di tubuh. Sebagai pemberat, agar badan tidak terlempar keluar dari atas kendaraan yang disesaki oleh tumpukan peti. [Foto/Google Search/Nda Nyambung.com/]


Cerpen: Memory Daun Pisang
Jilatan matahari pagi, gerayangi tubuh lepas kerinduan sambil perhatikan gerak sekelebatan orang yang berlalu dari pandangan. Tak terasa barisan pegunungan terlihat di kejauhan, dihiasi goresan kecil bak ular merangkul kontur tak mau kalah tampakkan diri kadang juga bersembunyi di balik rimbun pepohonan.
Sekitar 6-7 jam berlalu, tibalah jua di tempat tujuan. Wilayahnya sejuk, merupakan salah satu tempat wisata alam favorit masyarakat lokal maupun persinggahan sementara turis asing sebelum melanjutkan perjalanan. Bisa dibilang termasuk daerah pedalaman, meski lokasinya berada di tepi jalan trans propinsi (perbatasan/jalur peninggalan penjajah). Yakni, wilayah pegunungan dengan Aliran Sungai yang membelah dan Habitat Kupu-Kupu.

Tenda berwarna cokelat dengan lubang besar menganga di sebelah kanan telah selesai dipasang, bersebelahan dengan lokasi penampakan Hantu Bule. Sedangkan, kurang lebih 100 meter di depan tenda, ada 2 petak warung dan sebuah pondokan kecil berukuran kira-kira 4 x 3 meter yang terkunci dari luar, sepertinya dipakai sebagai gudang penyimpanan.
Area ini masuk wilayah Kera Putih Raksasa penunggu hutan. Dan merupakan tempat lalu lalang Rani; sosok mahluk jadi-jadian berparas cantik yang hanya suka pada laki-laki, membawanya kemudian membuatnya tersesat di dalam hutan. Belum lagi wilayah ini termasuk juga jalur keluar masuk ke Kota Jin, beda dengan Laut Selatan berupa Kerajaan Jin (QS..: Kami menciptakan Jin dan Manusia ...), yang pernah ingin diekplorasi oleh tim-tim tangguh salah satu TV Swasta Para Pencari Jejak-Jejak Misteri, namun mengurungkan niatnya. (Hanyalah Dia-lah Yang Maha Mengetahui).
Satu penakut ditambah tiga orang pemberani. Hari pertama harus benar-benar steril. Si Juminten memperlihatkan patahan ranting, menandakan logistik bisa dipakai selama dua hari ke depan. Berhubung lokasi tuk mendirikan tenda belum pernah ditempati orang bermalam. Bahan-bahan untuk membela diri pun sedang dirakit, sekiranya binatang khas coba menghampiri, karena binatang tersebut begitu bersahabat, ia tak henti-hentinya mengejar, apatah lagi bila bersama dengan anak-anaknya.

Baterai senter dan aki tiba-tiba soak, padahal semuanya sudah dipastikan bagus sebelum berangkat. Suara yang keluar dari radio tape, kedengarannya seperti suara tangisan bayi (Hanyalah Dia-lah Yang Maha Mengetahui ataukah mungkin sekedar ilusi semata). Di mana planing sebelumnya, suasana tempat ini bakal dijadikan seperti di rumah sendiri. Namun waktu berkata lain, terpaksa lampu badai dan kaleng susu bekas diisi dengan spritus sebagai alternatif satu-satunya. Mana sumbu lentera tinggal beberapa centimeter saja.

Untuk mengisi waktu; seperti biasa, tradisi Nesting Bermain Gaple. Yang kalah harus rela lepaskan baju dan mukanya dicoret dengan arang. Seekor babi hutan melintas mengisi kesunyian.
Malam kian meninggi.. suara-suara nyanyian alam sedari tadi mencumbui telinga.. sedikit demi sedikit cahaya lentera mulai padam bersama pekatnya malam. Sementara rayuan kedipan dari sisa-sisa arang di dalam kaleng, menggigil dipeluk bayang gerimis butiran embun malam. Semua meninggalkan bisu yang tak terjawab. Apakah ia pun menghilang bersama nyanyian hati? Apakah semuanya hanya meninggalkan jejak?
Keesokan harinya, yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Pada barisan pertama, diisi sekumpulan Kupu-Kupu berwarna Hijau Terang. Bercengkerama di sudut-sudut tebing, menari mengikuti irama hembusan angin. kemudian setelah Kupu-Kupu Hijau pergi, pada barisan kedua diisi Kupu-Kupu berwarna Merah Muda, selanjutnya Kupu-Kupu berwarna Kuning Terang (cuma tiga warna yang kami jumpai hari itu) muncul silih berganti sampai menarik perhatian beberapa bus pariwisata. Lalu mengabadikannya melalui jepretan-jepretan genit si Mata Lensa.

Tubuh tidak berhasil aklimitasi (terkena demam), mungkin dikarenakan perjalanan tanpa mendaki tidak mampu memicu sel-sel khusus dalam tubuh. Dua wanita titiktitik mengenakan pakaian titiktitik dan seorang lagi sepertinya pemilik warung titiktitik. Menghampiri/menawarkan diri, memancing dengan membawakan beberapa titiktitik dan titiktitik ciri khas daerah tersebut, yang apabila disulut dengan korek api akan menyala. Dan salah satu dari ke tiga wanita ini kembali menawarkan, sekiranya hujan deras, pondokan sebelah warung boleh kami tempati (karena melihat kondisi tenda).

Apa boleh buat, Hujan mulai mengguyur bumi. Hanya ucapan terimakasih yang bisa diucapkan kepada si pemilik warung. Berselang beberapa menit; tiga orang tiba-tiba masuk, tapi untungnya si pemilik warung segera menjelaskan (sepertinya sudah kenal satu sama lain). Kamipun mulai akrab, salah satu dari ketiga orang tersebut menceritakan perjalanannya hingga bertemu dengan kami. Satu-persatu benda-benda tajam dikeluarkan dari balik jaket, termasuk sepucuk pistol rakitan. Ternyata, ke tiga laki-laki ini adalah kawanan perampok antar propinsi. Namun bukan ke tiga orang ini saja, masih ada konco-konconya di dalam mobil.
Saya tidak tahu lagi, bagaimana kondisi obyek wisata alam ini, semenjak konflik sara. Tempat ini pernah dijadikan pos-pos khusus; sweeping KTP, yang bukan dari penganut tertentu langsung di bunuh dan mayatnya dibiarkan/dibuang ke sungai. Saksi bisu dari kebiadaban kelompok tertentu masih ada hingga kini. Pondok tempat menuntut ilmu dibakar, Bendahara-Bendahara Akherat diperkosa dan semua dibantai tanpa ada sisa. Naudzu billahi min dzalik. Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang tak mungkin diceritakan di sini.

Salaam buatmu wahai Pembela-Pembela Akherat. Bagaimana mereka rela menjual motor, kebun, sawah, meninggalkan kampung halaman, keluarga dan mewakafkan nyawanya demi membela saudara-saudaranya di sana. al-Fatihah. Allahumma shalli 'alaa sayyidina waa maulana Muhammad. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin..!