19 Mar 2015

Sejarah Sebelum Berdirinya Negara Israel

Sejarah Sebelum Berdirinya Negara Israel - Namanya Theodore Herzl, Ia adalah seorang keturunan Yahudi yang berprofesi sebagai koresponden pada harian Nimsawiya di Wina, Austria. Dia bermimpi tentang masa depan bangsanya di perantauan. Akhirnya, pada tahun 1891, Herzl menggagas negara Yahudi di Basel.

Untuk mengukuhkan impian ini, dia menulis buku Negara Yahudi (1896). Dia percaya, bahwa bangsa Yahudi adalah "bangsat bangsa pilihan". Atas dasar inilah, ia membuat dasar-dasar umum pembentukan suatu negara khusus yang diperuntukkan bagi orang-orang Yahudi di perantauan. [Foto/Google search]

Sejarah Sebelum Berdirinya Negara IsraelDalam tulisannya yang berjudul Der Jadenstaat (Negara Yahudi), Herzl mendorong organisasi Yahudi dunia untuk meminta persetujuan Turki Utsmania yang kala itu sebagai penguasa di Palestina, agar diijinkan membeli tanah di sana. Namun, kaum Yahudi hanya diijinkan memasuki tanah Palestina untuk melaksanakan ibadah saja, bukan sebagai komunitas dengan ambisi politik seperti di Sejarah Berdirinya Negara Yahudi Di Tanah Palestina.

Pada Juni 1896 Masehi, Theodore Herzl ditemani Neolanski menyambangi Sultan Abdul Hamid II di Konstantinopel. Maksud kedatangan mereka tak lain meminta ke Khalifah agar memberikan tanah Palestina kepada Yahudi dengan iming-iming, "Jika kami berhasil menguasai Palestina, maka kami akan memberi uang kepada Turki (Khalifah Utsmani) dalam jumlah yang sangat besar. Kamipun akan memberi hadiah melimpah bagi orang yang menjadi perantara kami. Sebagai balasan juga, kami akan senantiasa bersiap sedia untuk membereskan masalah keuangan Turki"

Namun, Khalifah Abdul Hamid menentang keras. Beliau berkata,
"Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat. Umat ini telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Islam dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku hidup, aku lebih rela meusukkan ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islam. Perpisahan adalah sesuati yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami, selama kami masih hidup"
Tahun 1902, delegasi Herzl kembali mendatangi Sultan Hamid. Herzl menyodorkan sejumlah tawaran seperti memberikan hadiah sebesar 150 juta poundsterling untuk pribadi Sultan, membayar semua utang pemerintah Turki Utsmani yang mencapai 33 juta poundsterling, membangun kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintah Utsmani yang bernilai 120 juta frank.

Memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta poundsterling dan membangun sebuah universitas Utsmani di Palestina. Namun semua tawaran itu, ditolak oleh Sultan Hamid II.

Beberapa catatan menyebutkan, setidaknya ada enam kali delegasi Yahudi mendatangi istana Khalifah untuk meloloskan proposal ini. Bersamaan dengan semakin melemahnya pengaruh Turki Utsmani, para imigran zionis berdatangan setelah berhasil membeli tanah di Palestina Utara.

Imigrasi besar-besaran inipun berubah menjadi penjajahan, tatkala mereka berhasil menguasai ekonomi, sosial dan politik di Palestina dengan dukungan Inggris.