23 Aug 2014

7 Kisah Teladan Buat Pemerintah

7 Kisah Teladan Buat PemerintahSetelah 69 tahun merdeka, apa yang kita lihat?. Bangsa ini masih tetap bergumul dengan berbagai persoalan, bahkan masalah cenderung bertambah. Bangsa ini belum dapat menyaksikan pemerintahan yang kuat. Ataukah kesemuanya itu merupakan awal dari terciptanya sebuah pemerintahan yang kuat?

Pemerintahan yang kuat itu seperti yang dikatakan Al-Qur’an, yaitu “Sebuah negeri yang baik dalam segala sisi kehidupan dan Allah pun meridhainya". Berikut 7 Kisah Teladan Buat Pemerintahan Jokowi-Jk:
1. Seorang kepala negara dalam menerapkan Undang-Undang/Peraturan, bersikap adil terhadap semua rakyatnya.
Pernah seorang wanita terkenal mencuri di jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Keluarganya mencoba mendapatkan keringanan (dispensasi hukum) dari Rasulullah, agar tidak diterapkan hukuman potong tangan. Melihat dan mendengar gelagat mereka Rasulpun berkata: “Wahai manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hancur karena mereka (menerapkan hukum tebang pilih). Ketika yang mencuri (korupsi) itu dari kalangan terhormat, mereka membiarkannya. Namun bila yang mencuri itu dari kalangan lemah (rakyat jelata), mereka terapkan hukum pada mereka. Demi Dzat (Allah) yang jiwa Muhammad di tanganNya. Sekiranya Fatimah anak kesayangan Muhammad mencuri, pasti Muhammad potong tangannya
2. Kepala negara menjaga harta rakyatnya serta tidak melakukan KKN dengan teman atau keluarga.
Salah seorang anak Umar Ibnul Khattab pernah meminjam modal untuk berdagang dari Abu Musa al-Asya’ari yang ketika itu menjadi Gubernur Kufah (Irak). Abu Musa meminjamkannya dari uang simpanan negara dengan syarat dikembalikan utuh tanpa ada pemotongan sedikitpun Perdaganganpun dijalankan sampai anak Umar meraih keuntungan besar. Berita itu sampai kepada Umar. Lalu beliau berkata kepada anaknya: “Ketika kamu membeli barang, para penjual pasti mendiscount harganya karena mereka mengetahui kamu adalah anak seorang Amirul Mukminin. Ketika kamu menjual barang daganganmu, pasti dibeli dengan harga yang lebih tinggi karena para pembeli juga mengetahui kamu adalah anak Amirul Mukminin". Lalu Umar membagi dua (50 : 50) keuntungan tersebut; sebagian untuk anaknya dan sebagian yang lain diserahkan ke Baitul Maal (kas negara). Umarpun meminta agar modal yang dipinjam anaknya itu segera dikembalikan ke kas negara dan menegur keras perbuatan anaknya. Umar juga menegur Abu Musa dengan keras, atas perbuatannya meminjamkan harta negara yang seharusnya tidak boleh terjadi.
3. Amanah seorang kepala negara yakni menjaga kemurnian ilmu dan akidah umat, agar tidak dirusak oleh orang-orang bodoh dan tidak berilmu.
Ali bin Abi Thalib, Khalifah Rasul yang keempat pernah melewati sebuah masjid. Dia melihat seseorang sedang memberikan pelajaran agama kepada para hadirin. Lalu Ali r.a berkata kepada sang ustadz, “Apakah anda menguasai hukum-hukum dalam Al-Qur’an, nasikh (ayat-ayat yang membatalkan/menghapus hukum sebelumnya) dan mansukh (ayat-ayat yang dibatalkan/dihapus)?". Sang ustadz menjawab, "Saya belum mengetahuinya". Sppontan Ali beerkta, "Celaka engkau dan engkau mencelakakan masyarakat". Kemudian Ali melarang orang tersebut memberikan pelajaran agama kepada masyarakat.
4. Seorang pemimpin yang mujahid, tidak tergoda memperdagangkan perjuangannya. Dia hanya mencari ridha, surga dan ganjaran dari Allah.
Salahuddin al-Ayyubi adalah raja yang amat popular di jamannya dalam penaklukan dan kemenangan. Di tangannya negara memperoleh ghanimah (harta rampasan perang) yang sangat banyak. Semuanya beliau gunakan untukk wakaf untuk pengembangan pendidikan, rumah sakit dan masjid yang bekas peninggalannya masih kita temukan sampai hari ini. Sungguh demikian, sedikitpun tidak ada yang beliau tinggalkan untuk dirinya dan anak-anaknya. Bahkan sejarah mencatat, ketika meninggal dunia, beliau adalah manusia yang paling miskin, tidak ada dirham, dinar, tanah dan rumah yang ditinggalkan untuk anak-anaknya.
5. Seorang pejabat tinggi negara yang tidak mau melecehkan peraturan karena hanya mencari keridhaan presiden atau pemimpinnya.
Ketika Khlaifah Utsman Ibnu Affan ra, hendak meminjamkan sebagian harta negara kepada beberapa orang (kawannya), ia memanggil direktur Baitul Maal dan memerintahkan agar merealisasikan permintaannya itu. Sang direktur menolak perintah Utsman. Lalu Ustman berkata padanya, "Kenapa kamu tidak mau merealisasikannya sedangkan kamu pegawai kami?" Sang direktur pun lari menuju masjid (Nabawi) dan berkata dengan suara yang amat keras sehingga terdengar semua orang. "Wahai manusia! Utsman menduga bahwa saya adalah pegawainya. Sesungguhnya saya adalah pegawai yang menjaga Baitul Maal kalian. Baitul Maal ini milik kalian, bukan milik pribadinya". Kemudian sang direktur melemparkan kunci-kunci Baitul Maal itu dan langsung pergi.
6. Seorang alim dan penegak hukum yang tegas menegakkan kebenaran dihadapan penguasa yang zalim dan membongkar pengkhianatannya, tanpa takut menghadapi ancaman penguasa.
Pernah suatu kali, Syekh Izzuddin Abdussalam, Jaksa Agung Damaskus berseberangan dengan Sultan Damaskus karena sang Sultan bekerjasama dengan pihak asing untuk memerangi Sultan Mesir, saudara muslimnya. Syekh Izzuddin menganggap perbuatan itu adalah sebuah pengkhianatan terhadap kaum Muslimin dan sebuah tindakan kriminal terhadap negerinya. Ketika Sultan Damaskus memecatnya, Syekh Izzuddin tidak mau tinggal di negeri yang penguasanya adalah para pengkhianat atas hak-hak masyarakat, kemerdekaan dan kadaulatan mereka. Beliau tidak mau pulang kendati sultan sudah berupaya dengan segala cara seperti janji-janji manis nan menggiurkan.
7. Seorang isteri penguasa yang sekaligus seorang konglomerat yang lupa rasa lapar dalam dirinya, karena ia sedang ingat rasa lapar orang lain.
Pada suatu hari, Aisyah ra., bersedekah sebanyak 100.000 dirham sedangkan ia berpuasa dan memakai pakaian yang bertambal. Lalu pembantunya berkata padanya. "Wahai sekiranya engkau tinggalkan sedikit untuk membeli makanan buka puasa kita hari ini. Tidak ada lagi yang bisa kita makan hari ini." Aisyah pun menjawab, "Kalau kamu ingatkan aku sejak awal, aku akan lakukan itu."

Inilah sebagian kisah sistem pemerintahan Islam yang diukir sejarah dengan tinta emas sepanjang masa.