3 May 2016

Awal Mula Mengapa Orang Toraja Ada Yang Tidak Dikubur

Sebelum Injil-Kristen masuk ke Tana Toraja-Sulawesi Selatan satu abad yang lalu, tepatnya pada tanggal 5 September 1913 yang dibawa oleh sepasang suami isteri bernama Aris van de Loosdrecht dan Alida van de Loosdrecht yang bertolak dari Poso-Tentena atau lebih akrab dikenal sebagai wilayah perburuan teroris Tinombala Jilid II Plus. Tana Toraja, kala itu masih menganut Paham Animisme.

Peringatan seratus tahun masuknya Injil di Tana Toraja, ditandai dengan dibangunnya Salib Raksasa yang berdiri megah di atas Bukit Singki, Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Layaknya patung Yesus di Rio de Janeiro, Brasil dan di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Meskipun di Tana Toraja mayoritas penduduknya beragama Kristiani, namun toleransi beragama dapat terlihat jelas ketika akan diadakannya upacara penguburan mayat. Karena sifat orang Toraja itu ramah dan terbuka bagi siapa saja. Yang diikat dengan kata Torayakan yang berarti kami anak-cucu, keluarga Toraja yang ramah dan terbuka bagi siapa saja. Kendati dulunya nenek moyang kami, gemar memburu daging-daging segar manusia.

Awal Mula Mengapa Orang Toraja Ada Yang Tidak Dikubur


Masyarakat Tana Toraja hingga saat ini memang masih menjaga budaya turun temurun nenek moyang yang menjadi ciri khas destinasi wisata bila berkunjung ke sana, yaitu tradisi pemakamam mayatnya. Di mana, mayat yang meninggal hari ini akan diistirahatkan/diawetkan di dalam Rumah Tongkonan khusus, selama bertahun-tahun hingga rumpun keluarga 'siap' melakukan upacara Rambu Solo.

Kete' Kesu dan Londa adalah salah satu obyek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun manca negara. Di sini, Anda akan disambut oleh tengkorak-tengkorak manusia yang menyembul keluar dari dalam peti-peti kayu yang tlah lapuk dimakan usia. Letaknya ada di tebing-tebing goa maupun yang berada di dalam goa.
Peti mayat di dalam goa ditempatkan sesuai tingkatan/strata sosial kehidupan si mayit semasa hidupnya. Seperti mayat Raja-Raja di tempatkan di lantai paling atas goa. Namun demikian, di Toraja di manapun itu. Apakah di tengah persawahan, tebing gunung kebanyakan akan ditemui liang-liang batu (batu besar) tempat disemayamkannya mayat. Yang terlebih dahulu batu-batu besar tersebut dipahat atau dilubangi.
Menurut cerita, awal mula mayat orang Toraja tidak dikebumikan (dikubur di dalam tanah) diambil dari kisah seorang anak yang siang-malam tidak berhenti menangis, karena susunya tumpah ke tanah. Orangtuanya sendiri dibuat bingung berhubung air susu itu merupakan persediaan satu-satunya. Dan kemana mesti mencari gantinya, agar anak ini bisa diam. Sedangkan segala upaya telah ditempuh.

Akhirnya, datanglah orang sakti untuk membantu keluarga ini. Dengan kemampuan yang dimiliki, tanah di mana air susu tumpah tadi diperas sampai benar-benar kembali mengeluarkan susu. Namun tak setetespun yang keluar. Orang sakti tersebut sangat kecewa karena tidak dapat membantu. Dan bersumpah, apabila ada anak keturunannya kelak yang meninggal dunia, maka tidak akan dikubur di dalam tanah. Huwallahu a'lam bissawab

Jadi, apabila Anda mengunjungi Tana Toraja dan melihat batu-batu besar yang di luarnya dihiasi dengan karangan bunga, foto serta pahatan patung, pastilah di dalamnya ada mayat. Dan perlu diketahui, bahwa pahatan patung manusia dimanapun Anda menjumpainya itu, dipahat atau dibentuk menyerupai dengan aslinya.